Daftar Isi Artikel
Saat ini masih banyak petani porang yang tidak mengetahui syarat porang masuk pabrik pengolahan porang. Padahal umbi porang yang dikirim ke pabrik harus memenuhi standar kualitas porang agar harga porang tidak kena rafaksi atau pemotongan harga.
Porang sebagai komoditas impor dari bidang pertanian memerlukan standar kualitas yang sesuai dengan pasar dunia. Pernah terjadinya impor porang jamuran ke China beberapa waktu yang lalu, membuat ekspor porang ke China sempat terhenti.
Kualitas umbi porang memang harus dijaga dari hulu hingga hilir, dari petani sampai eksportir, agar tidak mengecewakan buyer yang menerima ekspor porang Indonesia di pasar internasional.
Saat ini, bahkan ada aturan khusus untuk porang yang akan diekspor ke China. Salah satunya harus jelas ketelusurannya, yaitu harus dapat ditelusuri asal muasal dari porang tersebut.
Siapa atau perusahaan mana eksportirnya, rumah pengemasannya, hingga kebun porang harus mendapatkan sertifikasi lahan porang. Hal ini agar jika suatu saat terdapat kembali porang yang diekspor dengan kualitas jelek, akan diketahui asal porang tersebut.
Oleh karena ada aturan baru yang berupa aturan khusus dari pihak China tersebut, pemerintah membuat keharusan supaya lahan atau kebun porang diregistrasi. Klik disini untuk mengetahui cara sertifikasi lahan porang secara online.
Dampaknya, pihak pabrik pengolahan atau rumah pengemasan pun turut merubah aturan penerimaan porang mereka. Dimana jika petani ingin menjual porang ke pabrik atau rumah pengemasan saat ini memerlukan syarat-syarat tertentu.
Ini syarat porang masuk pabrik
1. Porang berasal dari kebun yang sudah sertifikasi lahan
Hanya porang yang berasal dari kebun atau lahan yang sudah diregistrasi yang diterima oleh pabrik untuk saat ini.
Pihak pabrik tidak mau menerima resiko denganmenerima porang dari lahan yang belum diregistrasi. Sebab nanti akan menghambat proses ekspor mereka.
Permintaan pihak negara China memang tidak main-main dalam penerimaan porang yang masuk ke negara mereka.
Pengalaman mereka yang pernah menerima chips porang dari Indonesia yang berkualitas buruk karena berjamur, membuat mereka memperketat persyaratan eskpor porang yang masuk dari negara kita.
Sebenarnya, kualitas porang yang buruk juga tidak semata-mata kesalahan dari petani. Kemungkinan ini ada kelalaian penyimpanan dari pihak pabrik atau eksportir juga.
Namun, saat ini semua pihak yang berkecimpung dalam dunia porang Indonesia harus bersama-sama untuk menjaga kualitas porang yang dihasilkan.
Supaya porang Indonesia kembali menemukan citra baiknya di mata dunia. Kebijakan registrasi kebun porang merupakan salah satu upaya agar mutu porang Indonesia terjaga.
2. Kualitas umbi porang bagus
Setiap pabrik porang memiliki standarisasi kualitas bagi porang yang diterima oleh pabrik mereka. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk penilaian kualitas umbi porang yang diterima pabrik di antaranya adalah:
- Ukuran Umbi
Ukuran umbi porang yang dapat masuk ke pabrik tidak sama antara pabrik yang satu dengan pabrik yang lainya. Misalnya untuk PT Asia Prima Konjac, mereka hanya menerima umbi porang yang memiliki ukuran minimal 8 cm atau memiliki berat sekitar 500 gr (0,5 kg). Jika ukurannya kurang dari itu, maka pihak PT Asia Prima Konjac tidak dapat menerimanya.
- Kebersihan Umbi
Kebersihan dari umbi porang juga menentukan nasib umbi tersebut akan diterima atau ditolak oleh pabrik pengolahan porang. Pertama yang harus diperhatikan adalah kebersihan akar umbi porang.
Umbi porang yang masih terdapat banyak akar dianggap memiliki kualitas yang kurang bagus. Sebaiknya, sebelum dikirim ke pabrik, umbi dibersihkan dahulu dari akar-akarnya yang masih menempel.
Yang kedua adalah kebersihan umbi dari kotoran atau material asing. Seperti kebersihan umbi dari tanah. Pada saat pemanenan umbi porang, sudah barang tentu masih terdapat tanah menempel pada umbi. Semakin besih umbi porang dari tanah, maka kualitasnya semakin baik.
3. Kualitas Packing yang Bagus
Dalam pengiriman umbi porang ke pabrik tentunya diperlukan pengemasan (packing). Packing yang diharapkan oleh pabrik ialah dengan menggunakan karung bawang.
Karung bawang adalah karung yang memiliki lubang-lubang atau pori-pori yang terbuka di setiap sisinya. Berbeda dengan jenis karung lain yang tertutup di seluruh permukaannya.
Karung bawang merupakan karung yang paling cocok untuk mengemas umbi porang. Sebab dengan menggunakan karung bawang umbi porang akan terhindar dari lembap.
Jika umbi porang dibiarkan dalam wadah karung yang tertutup dan menyebabkan lembap, umbi tersebut rentan mengalami pembusukan.
Selain itu, penggunaan karung bawang dapat memudahkan pihak pabrik untuk mengetahui kualitas dan tingkat kebersihan dari umbi porang yang mereka terima.
Dengan demikian, pihak pabrik tidak akan lama menentukan harga beli mereka terhadap umbi porang tersebut. Keuntungan bagi semua pihak karena negosiasi tidak memerlukan waktu yang lama.
4. Tidak Menggunakan Pupuk Kimia yang Berlebihan
Pupuk kimia dapat memberikan kontaminasi terhadap umbi porang, sehingga umbi porang yang dihasilkan tidak berkualitas baik. Apabila pupuk kimia memang dibutuhkan saat pemupukan porang, takaran penggunaannya perlu sangat diminimalkan.
Pihak pabrik nanti akan melakukan kontrol kualitas pada umbi porang yang masuk ke pabrik mereka. Apabila hasil penelitian tersebut menunjukkan umbi porang tersebut telah terkontaminasi akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, kemungkinan umbi yang terkontaminasi tersebut akan ditolak.
Tentu hal ini akan merugikan petani. Kasus seperti ini pernah terdengar di tahun 2021, walau pun sumber beritanya tidak begitu jelas. Namun alangkah baiknya petani untuk mengikuti prosedur ini dan memprioritaskan penggunaan pupuk organik.
Pupuk kimia dianjurkan hanya dipakai di awal penanaman yang fungsinya untuk mengurai unsur hara. Jika terpaksa menggunakan pupuk kimia di pertengahan masa tanam, berikan sedikit saja. Ini dimaksudkan agar pupuk kimia tersebut tidak mengkontaminasi umbi porangnya.