Bagi yang sudah akrab dengan tanaman iles-iles atau porang, maka pasti tahu bunga spora porang karena pada waktu tertentu akan mengeluarkan bunga. Bunga ini pun yang nantinya akan menghasilkan biji porang. Biji ini nantinya akan dijadikan sebagai benih penanaman porang.
Meski bunga ini juga bermanfaat sebagai benih, namun banyak yang tidak suka dan tidak menginginkan kehadiran bunga yang masih satu spesies dengan bunga bangkai ini. Hal ini didasari oleh beberapa hal. Namun untuk lebih jelasnya, bisa langsung simak ulasannya:
Sekilas Tentang Bunga Porang
Sebelum membahas hal lain tentang bunga porang, maka kali ini akan dibahas secara mendalam mengenai bunga porang ini. Porang sendiri adalah bunga yang akan tumbuh saat umbi porang tidak memiliki daun. Dalam bunga spora porang terdiri dari seludang, putih dan juga benang sari.
Untuk seludang dalam spora porang sendiri memiliki ukuran yang cukup panjang tegak dan agak bulat. Untuk tinggi seludang sendiri, berkisar antara 20 hingga 28 cm. Lalu pada bagian bawah bunga memiliki warna hijau keunguan, dengan sedikit bercak putih yang menghiasi.
Pada bagian atas bunga memiliki warna jingga dengan bercak putih. Pada bagian putih berwarna maroon dan ada benang sari di bagian atasnya. Jika diperhatikan, maka bentuk dari bunga ini akan mirip dengan tombak tumpul. Dengan bentuk batang berkisar 25-45 cm.
Pada bunga inilah yang nantinya akan berubah menjadi biji yang dapat dijadikan sebagai benih. Untuk buah yang sudah siap dijadikan benih, biasanya yang sudah berwarna merah. Tanda bahwa buah atau biji tersebut sudah matang.
Biasanya satu tangkai bunga yang sudah menjadi biji akan memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm hingga 22 cm. Dengan tinggi segitu, biasanya akan menghasilkan buah sekitar 300 biji sekaligus. Sedang dalam satu buahnya nantinya akan menghasilkan sekitar 2 biji.
Cara Mengantisipasi Tumbuhnya Bunga
Sebelumnya sudah dikatakan, bahwa tidak semua menghendaki tumbuhnya bunga dalam umbi porang. Sebab, meski biji dari bunga porang ini relatif mahal namun tumbuhnya bunga akan memperkecil ukuran umbi. Berikut adalah upaya agar bunga tidak tumbuh.
- Langkah pertama yang harus dilakukan salah dengan mengenali tunas baru yang muncul pada kuncup.
- Pastikan bahwa tunas baru itu benar-benar bakal porang. Jika sudah, maka pengguna bisa menebasnya atau yakin dengan tunas tersebut.
- Setelah itu, pengguna bisa conkel kembali umbi porang, biasanya jika tidak terlambat dalam hal maka segera sekali potong akan langsung muncul tunas baru.
- Tunas baru yang akan muncul setelahnya bisa diartikan sebagai tunas yang akan tumbuh daun, namun alangkah baiknya jika pengguna teliti dulu.
- Setelah itu, korek-korek pada bagian cekungan umbi porang, kemudian timbun kembali.
- Jika sudah, maka nanti setelah beberapa hari umbi porang akan ditumbuhi tuna kembali.
- Saat tunas kembali muncul, maka teliti dan lakukan hal sama seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
- Jika ternyata tuna yang kembali muncul adalah calon spora, maka tinggal potong kembali.
- Namun jika pada tunas ketiga yang muncul adalah calon spora lagi, maka mungkin umbi porang sudah berumur sekitar tiga tahun.
- Karena pada dasarnya umbi yang tumbuh spora berarti harus melewati proses berbunga terlebih dahulu.
Demikian adalah penjelasan mengenai bunga spora porang yang bisa digunakan sebagai referensi. Sudah dijelaskan juga bagaimana cara mengantisipasi agar tidak tumbuh bunga porang. Dengan begini, umbi porang tetap akan besar dan tidak mengalami perubahan akibat tumbuhnya bunga.