Daftar Isi Artikel
Merebaknya budidaya porang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini diharapkan dapat membangkitkan kembali sektor pertanian.
Banyak petani beralih menanam porang tanpa pengalaman sebelumnya. Untuk itu kami sampaikan di artikel ini mengenai faktor penyebab kegagalan bertani porang yang harus diketahui khususnya bagi petani pemula.
Kesuksesan para petani porang seiring dengan popularitas tumbuhan tersebut yang meningkat, membuat banyak orang ingin ikut budidaya porang. Banyak para petani porang pemula yang mulai ikut mengembangkan tanaman porang di daerah masing-masing.
Tetapi ternyata keberhasilan dalam budidaya porang bukanlah hal yang mudah diraih. Meskipun tetap banyak petani yang berhasil, namun banyak pula yang mengalami kegagalan.
Kegagalan yang dialami para petani porang, terutama petani porang pemula dipicu oleh banyak faktor. Biasanya dikarenakan kurangnya pengetahuan akan cara budidaya porang, baik dari cara menanam porang maupun cara perawatan tanaman porang.
Apa saja faktor penyebab kegagalan bertani porang? Berikut ini adalah 5 faktor penyebab kegagalan bertani porang.
1. Kesalahan Waktu Tanam Porang
Porang atau umumnya jenis iles-ilesan memiliki fase pertumbuhan yang berbeda dari kebanyakan tumbuhan lainnya. Porang akan tumbuh dan membesar pada musim penghujan, dan akan mengalami masa istirahat yang disebut masa dorman di musim kemarau.
Pada musim kemarau tersebut pertumbuhan porang terhenti sementara. Daun dan batangnya akan layu dan kering. Tetapi umbi yang berada di dalam tanah tidak akan mati. Umbi tersebut akan tumbuh dan memunculkan tunas kembali saat musim hujan berikutnya tiba.
Oleh karena itu, petani porang harus memperhatikan waktu tanam porang. Yaitu, penanaman harus dilakukan di awal musim penghujan.
Di Indonesia musim tanam yang baik bagi porang antara bulan Agustus hingga Bulan Desember. Memang setiap daerah pasti berbeda. Tapi di antara bulan itu rata-rata wilayah Indonesia sudah mengalami musim hujan.
Ketidaktahuan petani pemula bisa membuatnya menanam porang di luar bulan Agustus-Desember atau menanam porang di masa dorman atau musim kemarau yang bisa mengakibatkan pertumbuhan porang tidak maksimal.
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai waktu tanam porang bisa baca disini
2. Kesalahan Pemilihan Bibit Porang
Faktor penyebab kegagalan bertani porang kedua yakni kesalahan dalam pemilihan bibit porang. Petani pemula rentan melakukan kesalahan dalam pemilihan dan perlakuan terhadap bibit porang yang akan ditanam.
Hendaknya, sebelum penanaman bibit porang diseleksi dahulu. Penyeleksian ini bertujuan untuk memisahkan bibit porang berdasarkan ukuran atau besarnya, serta berdasarkan kualitasnya.
Bibit porang dijadikan beberapa kelompok dan kelompokkan dengan ukuran yang sama. Begitu juga jika menemukan bibit yang kualitasnya kurang bagus maka perlu dipisahkan.
Misalnya bibit yang terdapat luka atau terdapat bagian yang busuk. Nantinya pada saat penanaman, bibit tersebut ditanam berdasarkan kelompoknya.
Untuk bibit yang tidak layak tanam bisa dibuang, sehingga nanti tidak menjadikan perbedaan tumbuh di lahan.
Jika tidak diseleksi pertumbuhan porang di lahan akan tidak seragam. Akan ada yang besar dan yang kecil, atau ada yang tidak tumbuh karena bibit porang jelek.
Akhirnya petani harus melakukan penyulaman yang tentunya memerlukan waktu dan biaya extra. Hal ini akan berpengaruh pada hasil panen porangnya.
Untuk petani porang pemula bisa cek artikel cara pemilihan bibit porang disini.
3. Kesalahan Pengolahan Tanah/Lahan
Karakteristik tanaman porang adalah akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, serta mengandung debu dan pasir.
Walaupun porang bisa tumbuh pada tanah seperti apapun. Tapi jika tanah tidak gembur pembentukan umbi tidak akan maksimal. Di tanah yang keras umbi akan membentuk gepeng menjadikan kualitasnya tidak bagus.
Hal ini yang membuat para petani yang sudah memahami cara budidaya porang akan mengolah lahan penanaman porang terlebih dahulu. Lahan porang harus digemburkan terlebih dahulu.
Lahan juga harus dibersihkan dari gulma dan material yang akan mengganggu pertumbuhannya seperti gulma, batu, kayu, atau sisa tanaman lain.
Porang tidak dapat tumbuh dalam kondisi lahan kering atau lahan terlalu basah. Kebutuhan airnya harus tercukupi, tapi tidak boleh berlebihan apalagi tergenang.
Terlalu lama tergenang air umbi porang akan busuk. Para petani mengatasi hal ini dengan cara membuat guludan/gundukan tanah sebagai tempat menanam porang. Tujuannya supaya umbi porang aman dari genangan air di musim penghujan.
4. Kesalahan Pemupukan Porang
Kesalahan keempat yang menjadi faktor kegagalan bertani porang adalah kesalahan dalam pemupukan tanaman porang.
Meskipun sejatinya porang merupakan tanaman yang mudah dan bisa tumbuh, tetapi dalam budidaya porang diperlukan pemupukan. Pemupukan yang benar dan optimal dapat memaksimalkan hasil umbi porang yang dipanen.
Kekeliruan yang sering terjadi, karena petani tidak mengetahui pemupukan yang benar bagi tanaman porang.
Seperti pemberian pupuk dasar yang kurang tepat, salah memberikan pupuk yang sesuai di saat porang mengalami fase vegetatif dan fase generatif, atau memberikan pupuk kandang yang belum dingin atau belum difermentasi.
Penggunaan pupuk kandang yang tidak difermentasi sebenarnya tidak apa-apa, kecuali pupuk kandang dari kotoran ayam.
Penggunaan pupuk kandang dari kotoran ayam wajib difermentasi terlebih dahulu.
Sedangkan untuk pupuk kandang dari kotoran sapi atau kambing bisa tanpa fermentasi, namun sebaiknya pupuk sudah dingin yang ditandai dengan telah menyatu dengan tanah.
5. Naungan Tanaman Porang Terlalu Rapat
Porang yang awalnya sebagai tumbuhan liar dan tumbuh di hutan, biasanya tumbuh di tempat yang bernaungan dari pohon-pohon lain.
Menanam porang di bawah naungan dengan mencontoh dari karakteristik tumbuhnya di hutan banyak dilakukan oleh petani. Hal ini dapat membuat porang tumbuh seperti di tempat aslinya, di hutan.
Tetapi, karena porang adalah tumbuhan yang melakukan proses fotosintesis, maka porang memerlukan sinar matahari yang cukup.
Apabila naungan terlalu rapat dan menghalangi sinar matahari, sehingga porang minim mendapatkan sinar matahari, maka pertumbuhan porang akan terhambat.
Naungan yang terlalu rapat menjadi salah satu faktor kegagalan bertani porang. Sebab porang yang dihasilkan dengan proses fotosintesis yang tidak sempurna, akan berdampak pada umbi porang yang tidak sempurna pula.
Bagi para petani pemula, sebaiknya mempelajari cara budidaya porang terlebih dahulu sebelum melakukan penanaman. Supaya nantinya terhindar dari kegagalan.
Setelah mengetahui ilmu budidaya porang dan lima faktor kegagalan bertani porang, semoga petani porang dapat meminimalisir resiko yang dialami dan hasil panen porang bisa diterima pabrik porang.